TV ONLINE

Kamis, 14 Juni 2012

Ulas Taktik Belanda-Jerman: Dinamisnya Schweini-Khedira



SAMARINDA
- Big match Belanda-Jerman berlangsung sangat menarik. Performa Der Panzer di lapangan tengah menjadi kunci keberhasilan mereka mengalahkan si "Oranye" dengan skor 2-1.

Menanggung beban harus menang untuk menjaga peluang lolos ke babak selanjutnya, Belanda kembali memasang formasi 4-2-3-1 dengan komposisi pemain yang hampir sama dengan saat dikalahkan Denmark beberapa waktu lalu. Hanya posisi center back yang mengalami perubahan. Sebelumnya posisi ini diisi oleh Ron Vlaar. Saat melawan Denmark, giliran Joris Mathijsen yang berduet dengan John Heitinga.

Sementara Jerman bahkan sama sekali tidak melakukan perubahan formasi dan susunan pemain dengan yang digunakan saat mengalahkan Portugal di laga pertama.

Lubang pada Jetro Willems

Di babak pertama Jerman lebih banyak menyerang daerah termasuk membuat serangan pertama di daerah ini. Pertahanan kiri Belanda dijaga oleh Willems, pemain asal klub PSV Eindhoven yang baru berusia 19 tahun.

Gol pertama Jerman berasal dari daerah sisi kiri pertahanan Belanda. Mereka berhasil menarik De Jong untuk bermain lebih ke kiri. Dengan tertariknya De Jong ke kiri, otomatis posisi Mark van Bommel pun tertarik ke kiri dan hal ini menyisakan daerah kosong buat Bastian Schweinsteiger. Bintang Bayern Munich itu langsung mengirimkan through pass kepada Mario Gomez yang ditinggalkan dua center back Belanda yang terlalu terpaku pada bola.

Gol kedua Jerman terjadi di daerah ini, di mana Gomez mampu keluar dari hadangan Arjen Robben dan usaha tackling Willems. Kegagalan Willems dalam memotong bola dengan kepalanya, membuat Gomez berhasil membangun sebuah serangan yang berujung pada sebuah gol.

Schweini-Khedira vs Van Bommel-De Jong

Pergerakan Schweini agak berbeda dengan yang dilakukannya di laga pertama saat menghadapi Portugal. Kombinasi Khedira dan Schweini di laga ini memang sedikit berbeda, dan perbedaan inilah yang menentukan hasil akhir pertandingan ini.

Di 30 menit pertama pertandingannya melawan Portugal, duet ini tetap diam di posisi mereka dan menyerahkan arah permainan Jerman pada Mesut Oezil. Setelah Oezil mengalami kemandegan karena terus menerus dijaga oleh Veloso, maka mulailah duet ini bermain terpisah. Schweini lebih cenderung melindungi pertahanan dan Khedira aktif membantu rekannya di depan.



Kali ini, giliran Kheidira yang menunggu dan memonitor pergerakan pemain tengah Belanda, terutama Wesley Sneijder. Sedangkan Schweini diberi kebebasan naik ke depan. Jika kita lihat area dan arah passing Schweini seperti tergambar dalam chalkboard, terlihat area pergerakan Schweini terbagi rata di 16 meter pertahanan sendiri, area tengah sampai final third pertahanan Belanda.

Cara bermain duet Schweini dan Khedira ini berbeda dengan cara bermain duet defensive midfielder (DM) Belanda yang bermain lebih pasif dan cenderung sejajar satu sama lain melindungi lini pertahanan.

Posisi De Jong-Van Bommel yang sejajar dan statis ini juga terlihat dari cara memberi umpan. Sebagai perbandingan, duet Van Bommel Nigel de Jong mengirimkan 5 longpass dan 1 through ball dalam pertandingan ini. Sebaliknya, Kheidira-Bastian mengirimkan 5 long pass dan 2 trough pass yang dua-duanya menjadi asisst.

Menekan sejak dari daerah lawan



Tidak berhasilnya Belanda keluar dari tekanan dikarenakan permainan agresif Jerman yang berhasil menekan sejak di daerah Belanda sendiri. Jerman berhasil memenangi 12 dari 17 tackle yang mereka buat, 5 tackle di antaranya dilakukan di daerah pertahanan Belanda.

Tekanan ini membuat beberapa kali pertahanan Belanda melakukan kesalahan elementer yang membahayakan gawangnya sendiri. Ini dimungkinkan karena, sekali lagi, Schweini dan Khedira tidak pasif bermain sejajar di depan garis pertahanan. Mereka melakukan kombinasi siapa yang ada di depan dan siapa yang ada di belakang.

Ini juga cara Joachim Loew untuk mengisolasi Sneijder. Dengan menahan Van Bommel-De Jong agar bertahan sejajar, Belanda bermain seperti dua tim yang berbeda: 4 tim menyerang (Sneijder-Persie-Robben-Affelay) dan sisanya bertahan.

Di mana Affelay?



Sudah disinggung tentang Belanda bermain seperti dengan dua tim berbeda (6-4) dengan 4 pemain sebagai tim menyerang (Sneijder, Persie, Robben, Affelay). Sayangnya, formasi 6-4 ini pada sisa babak 1 seperti berubah menjadi 6-3 dengan "hilangnya" Affelay.

Ini terjadi karena pergerakan Sneijder dan Persie yang condong merapat ke kiri ke arah Affelay. Di satu area itu, sering bertumpuk 3 pemain tersebut, dan menyisakan Robben sendirian di kanan. Jika kita lihat pembagian area pergerakan pemain di atas, terlihat Belanda hanya main 10 orang, dengan posisi Sneijder (no. 10) menindih Affelay.

Bandingkan dengan Jerman. Posisi Gomez (no. 23) memang agak beririsan dengan Oezil (no. 8), akan tetapi irisan itu terjadi di tengah lapangan, bukan di tepi lapangan sebagaimana irisan dan penumpukan Sneijder dan Affelay. Ini membuat pilihan bergerak Gomez dan Oezil masih terbuka karena area yang bisa dieksplorasi pun masih lebar.

Belanda mematenkan 4-4-2

Di awal babak II, Bert van Maarwijk melakukan dua pergantian sekaligus mengubah formasi timnya. Klaas-Jan Huntelaar masuk menjadi target man dan Rafael van der Vaart menggantikan Van Bommel. Permainan terbuka Belanda ditandai dengan perubahan formasi 4-4-2 saat bertahan dan 4-3-3 saat menyerang.

Sneijder tetap lebih condong bergerak antara tengah ke kiri permainan, akan tetapi tidak ada lagi penumpukan pemain sebagaimana terjadi di babak I bersama Affelay. Ini membuat area pergerakan pemain Belanda menjadi lebih merata dan pembagian 6-4 antara unit menyerang dan bertahan bisa berjalan dengan lebih bagus. De Jong tetap diplot sebagai DM dengan VdV sebagai passer bergerak di antara Sneijder dan De Jong (mirip seperti Scwehini di babak I yang posisinya berada di antara Oezil dan Khedira).



Tapi Jerman tetap kokoh, kali ini Khedira dan Schweini bermain lebih disiplin menjaga kedalaman. Bahkan, Schweini dan Khedira seringkali bermain sejajar, justru mirip dengan de Jong-Bommel di babak I. Situasi ini relatif bisa menjaga kedalaman lini tengah Jerman. Pada gambar di atas, terlihat Schweini dan Khedira (keduanya di dalam lingkaran hitam) sudah berada di posisi yang tepat untuk melindungi barisan pertahanan Jerman saat Sneijder yang menguasai bola baru saja memasuki wilayah Jerman.

Di sekitar menit 69, Sneijder bermain lebih melebar ke kiri, Belanda kemudian bermain dengan formasi 4-4-2. Di lini tengah, Van der Vaart menjadi gelandang serang dan De Jong berada di depan duet bek tengah. Ancaman pertama Belanda dengan formasi ini adalah tembakan Sneijder yang merima umpan Robben yang sayangnya masih bisa diblok Jerome Boateng.

Belanda akhirnya bisa mencetak gol di menit 74 lewat Van persie yang melakukan aksi individu dengan mencetak gol dari luar kotak penalti setelah mendapat asisst Sneijder. Gol terjadi di depan kotak penalti, menandakan retaknya pertahanan yang digalang Khedira-Schweini.

Sayangnya itu tak terjadi lagi. Upaya menambah daya gedor dengan memasukan Kuyt menggantikan Robben tak mampu menghasilkan gol penyama kedudukan. Jogi Loew sudah tanggap dengan upaya itu dan memasukkan Toni Kroos menggantikan Oezil yang memang jarang menghabiskan 90 menit di lapangan.

Kesimpulan

Bermain dengan dua pemain bertipe hard DM dalam diri De Jong dan Bommel tak membuat Belanda mampu tampil kokoh di areanya sendiri. Untuk apa memasang dua hard DM jika Schweini bisa dengan leluasa mengirim through pass di depan kotak penalti?

Loew menemukan pemecahan untuk menembus ketatnya dua DM yang membawa Belanda ke final Piala Dunia 2010 dengan cara yang simpel: menukar area gerak dan peran Schweini dan Khedira. Saat Belanda memasukkan Van der Vaart , Loew mengubah struktur lini tengah Jerman dengan memastikan Schweini dan Khedira bermain seperti Van Bommel dan De Jong di babak I.

Rabu, 13 Juni 2012

7 Fakta Menarik Belanda Vs Jerman


SAMARINDA - Rivalitas antara Jerman dan Belanda telah menjadi salah satu persaingan terpanjang dan tersengit dalam sejarah sepakbola internasional. Tidak heran pertemuan kedua raksasa eropa tersebut di atas lapangan hijau selalu dinanti-nantikan oleh jutaan pasang mata.

Dan hari ini, Rabu, 13 Juni 2012, persaingan keduanya bakal berlanjut di Stadion Metalist, Kharkiv, Ukraina. Jerman dan Belanda akan mempertaruhkan harga diri di laga kedua penyisihan Grup B Piala Eropa 2012.

Tidak heran jika pertemuan keduanya menjadi salah satu laga yang paling dinanti-nanti di Piala Eropa saat ini. Panjangnya sejarah persaingan mereka, menyelipkan sejumlah fakta menarik yang patut disimak. Berikut ini, 7 fakta menarik Jerman versus Belanda:

1. Rekor kemenangan, Jerman lebih unggul
Sejarah mencatat, Jerman dan Belanda telah bertarung di 38 laga internasional. Jerman unggul dengan mengantongi 14 kemenangan, sementara Belanda hanya menorehkan 10 kemenangan. 14 laga lainnya berakhir imbang.

2. Jerman dan Belanda agresif di event besar

Jangan terlalu khawatir laga di Stadion Metalist nanti bakal tanpa gol. Faktanya, kedua tim selalu mencetak gol setiap bertarung di ajang sebesar Piala Eropa atau Piala Dunia.

Total keduanya telah bertemu sebanyak tujuh kali di ajang sebesar Piala Eropa dan Piala Dunia. Keduanya menorehkan jumlah gol yang identik, 12 gol dan 12 kali kebobolan.

3. Belanda dominan di Piala Eropa
Meski kalah 0-1 dari Denmark pada laga Sabtu lalu, jangan remehkan kekuatan Belanda jika menghadapi Jerman. Rivalitas panjang keduanya, membuat Belanda diyakini akan tampil ngotot enggan dipermalukan Jerman di laga nanti.

Faktanya, Belanda memang lebih dominan jika bertemu dengan Jerman di ajang Piala Eropa. Dari empat pertemuan keduanya di sepanjang pelaksanaan Piala Eropa, Belanda membukukan dua kemenangan (Piala Eropa 1988, 1992) dan satu hasil imbang (Piala Eropa 2004).

Satu-satunya kekalahan Belanda di tangan Jerman di ajang Piala Eropa terjadi di Stadion San Paolo pada Piala Eropa 1982. Kala itu, Belanda ditekuk Jerman 2-3 di babak grup.

4. Duel terpanas Jerman versus Belanda
Meski duel keduanya selalu berlangsung sengit, tapi banyak yang percaya jika pertemuan Jerman dan Belanda di Piala Dunia 1990 adalah duel terpanas mereka. Laga yang berkesudahan dengan skor 2-1 untuk kemenangan Jerman ini diwarnai dua kartu merah dan lima kartu kuning.
Di laga inilah perseteruan antara Rudi Voller (Jerman) dan Frank Rijkaard (Belanda) terjadi. Adu mulut keduanya nyaris memicu kericuhan dua tim. Alhasil, wasit terpaksa mengusir keduanya dari lapangan hijau.

5. Laga terakhir milik Jerman

Jerman dan Belanda melakoni duel terakhir mereka pada 16 November 2011 silam di Hamburg. Dalam pertandingan persahabatan itu, Jerman tampil digdaya dengan menghancurkan Belanda dengan skor telak 3-0.

Tiga gol tersebut dicetak oleh tiga pemain yang saat ini memperkuat Jerman di Piala Eropa 2012, yaitu Tomas Muller, Miroslav Klose dan Mesut Oezil. Kemenangan ini bisa menjadi bekal kepercayaan diri Jerman jelang laga nanti.

6. Adu tajam dua bomber tersubur 

Laga hari ini bakal menjadi panggung bagi dua striker tersubur di kualifikasi Piala Eropa saat ini. Klaas Jan Huntelaar (Belanda) dan Miroslav Klose (Jerman). Uniknya, kedua pemain tersebut hanya dicadangkan di laga pertama.

7. Kebencian hanya di level timnas
Rivalitas di tingkat timnas antara Jerman dan Belanda memang tidak diragukan lagi. Tapi hal itu tidak menjalar ke tingkat pemain dan klub. Seperti diketahui, banyak pemain Belanda yang merumput di kompetisi domestik Jerman.

Seperti Klaas Jan Huntelaar (Schalke), Khalid Boulahrouz (Stuttgart) dan Arjen Robben (Bayern Munich). Pelatih Belanda saat ini, Bert van Marwijk juga merupakan mantan pelatih klub Jerman, Borussia Dortmund selama dua musim (2004-2006).

Selasa, 12 Juni 2012

Jelang Yunani vs Republik Ceko Bermodal Semangat, Yunani Bidik Kemenangan Atas Ceko


SAMARINDA - Hasil imbang 1-1 saat menghadapi Polandia menjadi ajang Yunani menunjukkan daya juangnya yang pantang menyerah. Modal yang sama akan digunakan saat membidik kemenangan atas Republik Ceko.

Yunani sepertinya akan menderita kekalahan di laga pembuka di Piala Eropa 2012. Menghadapi tuan rumah, Polandia, mereka dipaksa bermain dengan 10 orang menyusul kartu merah yang didapat Sokratis Papastathopoulos.

Namun juara Eropa tahun 2004 itu mampu terhindar dari kekalahan. Sebuah gol dari Dimitris Salpingidis membuat skuad besutan Fernando Santos mampu menyamakan kedudukan jadi 1-1. Yunani juga menunjukkan penampilan memuaskan dengan banyak peluang berhasil dikreasikan di babak kedua, termasuk sebuah insiden yang memaksa wasit mengkartu merah kiper Wojciech Szczesny.

Penampilan penuh semangat dan daya juang di laga pertama tersebut akan jadi salah satu modal Yunani saat gantian menghadapi Republik Ceko, Selasa (12/6/2012) malam WIB nanti.

"Kami tidak pernah menyerah, dan karena kami tidak pernah menyerah kami tidak menyukai kalah dalam pertandingan. Itu hal yang tak bisa Anda beli atau temukan. Itu semua soal mentalitas di ruang ganti pemain," seru Giorgos Samaras.

Tapi Yunani bukannya tak punya masalah jelang laga tersebut. Cedera yang dialami Avraam Papadopoulos sebelum Piala Eropa dimulai serta kartu merah Papastathopoulos di laga pertama membuat barisan belakang mereka timpang. Gelandang veteran, Costas Katsouranis, bisa jadi akan diplot sebagai pemain bertahan bersama pemain muda Kyriakos Papadopoulos.

"Kapanpun kondisinya menjadi sulit buat kami, mereka (pemain) justru tampil lebih baik lagi. Kami harap tidak ada lagi kesulitan yang kami hadapi sehingga kami bisa tampil lebih baik lagi," ungkap pelatih Fernando Santos.

Senin, 11 Juni 2012

Prancis vs Inggris Berakhir 1-1

Donetsk - Prancis dan Inggris bermain imbang 1-1 di Donbass Arena, Selasa (12/6/2012) dinihari WIB. Inggris unggul terlebih dulu tetapi Prancis dengan cepat berhasil menyamakan kedudukan.

Di laga Grup D tersebut Joleon Lescott membawa Inggris terlebih dulu memimpin lewat gol yang ia cetak saat pertandingan memasuki menit 30.

Keunggulan Inggris tidak bertahan lama karena sembilan menit kemudian Samir Nasri berhasil menjebol gawang Joe Hart untuk membuat skor jadi 1-1.

Dengan hasil tersebut maka Prancis dan Inggris kini sama-sama memiliki 1 poin di Grup D. Dua tim lain dari grup ini, Ukraina dan Swedia, baru akan berhadapan beberapa saat lagi.

Jalannya Pertandingan

Oxlade-Chamberlain berhasil mencuri bola dari kaki Rami pada menit tiga dan langsung berlari menuju kotak penalti Prancis. Tetapi bola operannya masih kandas di tembok pertahanan Prancis.

Cabaye melepaskan umpan terobosan jitu ke sayap kiri pada menit 10. Ribery menjadi yang dituju dan berhasil bergegas menggiring bola. Saat hendak mengirim operan ke tengah, bola bisa diblok bek Inggris untuk menghasilkan sepak pojok.

Nasris melepaskan tembakan keras dari luar kotak penalti pada menit 11, dengan dua pemain Inggris coba menghentikan. Bola melaju deras ke arah gawang Hart tapi arahnya masih sedikit melebar.

Sebuah peluang emas terbuang pada menit 15. Menerima umpan terobosan dari Young, Milner coba mengecoh Lloris dan kemudian melepaskan tembakan meski arah bola masih jauh dari sasaran.

Prancis langsung membalas lewat sepakan keras Cabaye yang mengarah ke pojok bawah gawang Inggris kendati Hart masih berhasil menepis bola setelah meregangkan tubuh.

Aksi individu oke diperlihatkan Oxlade-Chamberlain dengan kelincahan kakinya melewati pemain Prancis pada menit 17. Namun, usahanya mengoper bola ke Young tidak berhasil karena yang dituju sudah terjebak offside.

Inggris akhirnya memimpin pada menit 30. Diawali dari tendangan bebas Gerrard di sisi kanan lapangan, bola diarahkan ke tiang jauh untuk ditanduk Lescott yang lolos dari kawalan Diarra.

Prancis nyaris menyamakan skor pada menit 35. Dari tendangan bebas, bola disepak ke depan gawang dan Diarra meneruskan dengan sundulan. Hart berhasil melakukan penyelamatan krusial, tapi bola masih bergulir liar dan Diarra berusaha melakukan rebound meski kali ini arah bola tak tepat sasaran.

Pada menit 39 Prancis benar-benar membuat skor kembali imbang. Dari operan demi operan, bola akhirnya dikuasai Ribery yang lalu mengoper balik ke Nasri yang ada di depan kotak penalti. Setelah membidik gawang, Nasri melepaskan tembakan keras yang tak kuasa dihalau Hart.

Di awal babak kedua, sebuah operan Milner ke Hart nyaris saja bisa dicuri Nasri. Untung buat Inggris, Hart bisa menangani situasi itu dengan baik dan menghadang bola dengan kedua kakinya.

Sebuah serangan berbahaya dilakukan Prancis pada menit 54. Dari sisi kiri Evra melepaskan umpan ke depan gawang meski Gerrard dengan cepat berhasil menyapu bola.

Prancis kembali menebar ancaman pada menit 64. Dari serangkain operan-operan pendek, Nasri lalu mengoper bola ke Benzema yang melanjutkan dengan tembakan keras meski arahnya masih tepat ke Hart.

Sepuluh menit sebelum bubaran, Cabaye melepaskan tendangan keras dan jitu ke arah gawang Hart. Namun, arah bola berubah setelah mengenai pemain Inggris dan menghasilkan tendangan penjuru.

Pada menit 88 Milner berusaha menyodorkan bola umpan menyusur tanah ke depan gawang, dengan Welbeck berusaha menjangkaunya. Tetapi Welbeck ditempel ketat lawan yang bisa lebih dulu memotong laju bola.

Sesaat sebelum pertandingan berakhir, Benzema kembali melepaskan tembakan akurat dengan Hart berhasil mengamankannya. Skor akhir 1-1.


Susunan Pemain

Inggris: Hart, Johnson, Terry, Lescott, Cole, Parker (Henderson 78'), Gerrard, Milner, Oxlade-Chamberlain (Defoe 77'), Young, Welbeck (Walcott 90').

Prancis: Lloris, Debuchy, Evra, Rami, Mexes, Cabaye (Ben Arfa 84'), Ribery, Nasri, Malouda (Martin 84'), Diarra, Benzema.

Ulas Taktik Spanyol-Italia: 3 vs 3 dan Cara Del Bosque Membongkar Azzurri


FOTO:Alex Grimm/Getty Images
Jakarta - Spanyol versus Italia yang berkesudahan 1-1 layak dinilai sebagai salah satu pertandingan terbaik di Matchday I Piala Eropa 2012. Pertandingan yang berkelas walaupun tidak memunculkan pemenang.

Cesare Prandelli menurunkan formasi dasar yang sudah diprediksi banyak orang: 3-5-2 dengan memasang Bonucci-de Rossi-Chiellini di jantung pertahanan. Vicente del Bosque menggunakan formasi dasar 4-3-3, tetapi dengan kejutan kecil: tak ada striker.

Pertandingan berjalan ketat. Dominasi penguasaan bola seperti biasa ada di Spanyol. Sementara Italia menjaga pertahanan lewat kerapatan 3 defender mereka yang konstan menjaga jantung pertahanan. Sebelum terjadinya gol, situasi itulah yang terjadi di lapangan, dari menit pertama sampai kemudian Di Natale mencetak gol.

Kombinasi Silva-Fabregas-Iniesta

Selama 20 menit pertama, David Silva mendominasi serangan. Bagaimana Spanyol mengakhiri penyerangan ditentukan oleh pilihan Silva. Tiga kali percobaan mencetak gol Spanyol semuanya oleh Silva: 2 dari dalam kotak penalti, satu dari luar.

Setelah itu, alur serangan Spanyol lebih banyak ditentukan Iniesta. Dengan lebih banyak bergerak dari sisi kiri, Iniesta sedikit menggeser arah serangan Spanyol yang sebelumnya dominan dari arah kanan yang ditempati Silva.

Dengan Silva dan Iniesta secara bergantian memulai serangan di final third (sepertiga lapangan terakhir), maka Fabregas menjadi pusat kombinasi penyerangan Spanyol. Dengan memilih Fabregas dan tidak memasang satu pun striker, ide yang ingin dipraktikkan del Bosque adalah menjadikan Fabregas sebagai "false nine" yang diharapkan bisa menarik defender Italia, terutama de Rossi yang konstan berada tepat di tengah-tengah jantung pertahanan Italia.

Tetapi ide ini gagal membuat defender Italia terpancing meninggalkan posnya. Bonucci-de Rossi-Chiellini tetap ajeg di jantung pertahanan Italia, amat sering bahkan ketiganya bersamaan ada di dalam kotak penalti sendiri. Itu sebabnya mayoritas percobaan percobaan mencetak gol Spanyol yang dilakukan di dalam kotak penalti (sebanyak 60%) tergagalkan oleh block-shot.


Daniele de Rossi, el Comandante

Karena kedua full-back Spanyol (Jordi Alba dan Arbeloa) amat minim naik membantu serangan, maka kombinasi Bonucci-de Rossi-Chiellini sepenuhnya bisa fokus pada pergerakan Silva-Fabregas-Iniesta. Situasi di final-third bisa dikatakan adalah 3 vs 3.

De Rossi menunjukkan dirinya sebagai komandan lini pertahanan yang mampu membaca permainan lawan dengan amat bagus. De Rossi bahkan membuat beberapa defensive action yang krusial di dalam kotak penalti. Ia setidaknya membuat 3 tekel, 5 intersep, 3 clearance dan 2 blockshot.

Lihat chalkboard tiga defender Italia sepanjang pertandingan di bawah ini:



Dari chalkbord di atas terlihat pembagian area di antara Bonucci, de Rossi dan Chiellini. Terlihat Bonucci lebih banyak menjaga sisi kanan pertahanan, Chiellini menjaga sisi kiri pertahanan dan de Rossi berada di jantung pertahanan.

Dari tiga pemain bertahan Italia itu, Bonucci yang paling banyak disibukkan oleh pemain-pemain Spanyol. Seperti yang sudah disinggung di atas, selepas 20 menit pertama, arus serangan Spanyol di final-third lebih banyak dimulai dan dibangun oleh Iniesta yang lebih banyak bergerak di sisi kiri yang dijaga dengan Bonucci. Ini terlihat dari chalkboard passing Spanyol di daerah final third yang terlihat didominasi dari sisi yang ditempati Iniesta.



Motta sebagai box to box midfielder

Salah satu sebab kenapa Spanyol tidak cukup tajam dalam menembus pertahanan Italia adalah karena lini kedua mereka yang ditempati oleh Busquet, Alonso dan Xavi beberapa kali terlambat membantu ke depan. Untuk situasi ini, kredit harus diberikan pada Thiago Motta.

Tiap kali Xavi atau Xabi menguasai di lapangan tengah, Motta menjadi pemain pertama yang mencoba menghadang upaya Spanyol langsung merengsek ke depan. Beberapa kali Thiago sukses men-delay serangan dan memungkinkan Marchisio dan Pirlo mengorganisir diri melindungi pertahanan sekaligus memberi waktu Giaccherini dan Maggio di lebar lapangan turun mengisi posisi full-back.

Dalam situasi menyerang, Motta efektif sebagai penghubung antara Pirlo dan lini depan yang ditempati Cassano dan Balotelli. Motta bisa tiba-tiba berada di kotak penalti Spanyol. Pada menit 45, beberapa saat sebelum half-time, Motta tiba-tiba sudah berada di antara Ramos dan Pique di kotak penalti. Beruntung Casillas bisa menepis sundulan jarak dekat Motta.

Super-Sub dan perubahan kecil "False Nine"

Situasi di lapangan tidak banyak berubah memasuki babak II. Perubahan signifikan terjadi melalui strategi pergantian pemain yang dilakukan Prandelli maupun Del Bosque.

Dimulai dengan masuknya Antonio di Natale menggantikan Balotelli pada menit 57, perubahan terjadi hanya 3 menit berselang. Menerima bola dari daerah sendiri, Pirlo yang sepanjang permainan lebih banyak pasif menunggu di daerah sendiri dan lantas mengirimkan passing-passing ke depan, untuk pertama kalinya membawa bola sendiri sampai mendekati final third. Pergerakan brilian Pirlo diakhiri dengan through-pass brilian yang diakhiri finishing Di Natale. Super-sub. 1-0.

Spanyol membalas 3 menit kemudian melalui kombinasi Iniesta, Silva dan Fabregas. Silva yang menerima bola dari Iniesta tepat di depan back-line Italia berhasil menarik Bonucci naik sedikit ke depan. Dengan Fabregas tiba-tiba masuk dari belakang, Silva menyodorinya through-pass pendek yang berhasil diselesaikan Fabregas. 1-1.



Apa yang terjadi? Ide "false nine" untuk menarik perhatian defender rupanya lebih bekerja saat Silva berada di pusat kombinasi, bukan Fabregas. Pada gol balasan Spanyol, ide "false nine" bekerja karena Fabregas tidak mendekati pemegang bola (dalam gambar ada di tengah dengan titik hitam) untuk melakukan umpan satu dua, tapi langsung menusuk ke pusat pertahanan. Ini yang tidak terjadi saat Fabregas menjadi pusat kombinasi sebagai "false nine" karena Iniesta atau Silva cenderung merapat pada Fabregas dengan orientasi utama melakukan sentuhan satu dua.

Strategi pergantian pemain

Alur permainan menjadi berubah saat Silva diganti Navas dan Fabregas diganti Torres. Masuknya Torres mengubah cara menyerang Spanyol. Keluarnya Silva membuat Xavi lebih sering naik ke depan mendekati Torres. Ditambah keberadaan Navas di lebar lapangan yang memaksa Chiellini untuk banyak menjaga sisi kiri Italia, situasi di pertahanan Italia lebih merenggang.

Defensive-line sedikit lebih naik dan mau tidak mau mulai memasang perangkap offside. Dan ini terbukti efektif membongkar pertahanan Italia. Beberapa through-pass panjang dilepas Xavi berhasil memaksa De Rossi dan Chiellini melakukan sprint, sesuatu yang sangat jarang terjadi di babak I. Dalam 15 menit terakhir, Torres punya kesempatan berhadapan langsung dengan Buffon yang untuk pertama kalinya sepanjang pertandingan terpaksa harus keluar dari bawah mistar gawang.

De Rossi dan Chiellini beberapa kali harus melakukan sprint dan Buffon juga harus keluar dari bawah mistar menjadi ilustrasi paling tepat untuk menggambarkan perubahan drastis situasi di lapangan, terutama di sepertiga lapangan terakhir Italia.

Kendati berhasil menciptakan beberapa peluang, Italia sebenarnya sudah kehilangan inisiatif menyerang. Thiago yang sudah mulai kelelahan pada pertengahan babak II karena memainkan peran gelandang box to box, terlambat diganti Prandelli. Ini membuat serangan Italia lebih banyak bergantung pada Di Natale dan Giovinco yang masuk menggantikan Cassano.

Kesimpulan

Cara Prandelli menangani kombinasi serangan Silva-Fabregas-Iniesta dengan membiarkan tiga defendernya konstan bertahan di jantung pertahanan terbukti efektif, setidaknya sampai menit 63 ketika Spanyol berhasil mencetak gol. Del Bosque menjawab tantangan Prandelli itu dengan melakukan perubahan kecil pada pemangku peran "false nine".

Selebihnya, pada 20 menit terakhir pertandingan, del Bosque terlihat lebih unggul dari Prandelli. Strategi Del Bosque memasukkan Torres dan Navas jelas berhasil membuka space di jantung pertahanan Italia yang sebelumnya sangat rapat. Bahwa skor masih tetap 1-1, ini menunjukkan "cacat" kecil pada perubahan strategi Del Bosque: berhasil melonggarkan tembok, tapi gagal menjebolnya.

Dan untuk itu, kita hanya perlu menyebut satu nama untuk keberhasilan dan kegagalan perubahan siasat Bosque: Fernando Torres.

Minggu, 10 Juni 2012

Jadwal Televisi Euro 2012

Jadwal Televisi Euro 2012 RCTI

Jadwal TV tercantum dalam Waktu Indonesia Barat (WIB). Jadwal dapat berubah sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan.

RCTI

Jumat, 8 Juni
21:00 Polandia vs Yunani

Sabtu, 9 Juni
01:00 Rusia vs Ceko

22:15 Belanda vs Denmark

Minggu, 10 Juni
01:00 Jerman vs Portugal

22:15 Spanyol vs Italia

Senin, 11 Juni
01:00 Irlandia vs Kroasia
22:15 Prancis vs Inggris

Selasa, 12 Juni
01:00 Ukraina vs Swedia
22:15 Yunani vs Ceko

Rabu, 13 Juni
01:00 Polandia vs Rusia
22:15 Denmark vs Portugal

Kamis, 14 Juni
01:00 Belanda vs Jerman
22:15 Italia vs Kroasia

Jumat, 15 Juni
01:00 Spanyol vs Irlandia
22:15 Ukraina vs Prancis

Sabtu, 16 Juni
01:00 Swedia vs Inggris

Minggu, 17 Juni
01:00 Ceko vs Polandia
04:00 [delay] Yunani vs Rusia

Senin, 18 Juni
01:00 Portugal vs Belanda
04:00 [delay] Denmark vs Jerman

Selasa, 19 Juni
01:00 Kroasia vs Spanyol
04:00 [delay] Italia vs Irlandia

Rabu, 20 Juni
01:00 Inggris vs Ukraina
04:00 [delay] Swedia vs Prancis

Jumat, 22 Juni
01:00 [Perempat-final 1] 1A vs 2B

Sabtu, 23 Juni
01:00 [Perempat-final 2] 1B vs 2A

Minggu, 24 Juni
01:00 [Perempat-final 3] 1C vs 2D

Senin, 25 Juni
01:00 [Perempat-final 4] 1D vs 2C

Kamis, 28 Juni
01:00 Pemenang perempat-final 1 vs 2

Jumat, 29 Juni
01:00 Pemenang perempat-final 3 vs 4

Minggu, 1 Juli
23:00 Pemenang semi-final 1 vs 2

Jadwal Televisi Euro 2012

Jadwal TV tercantum dalam Waktu Indonesia Barat (WIB). Jadwal dapat berubah sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan.

RCTI

Jumat, 8 Juni
21:00 Polandia vs Yunani

Sabtu, 9 Juni
01:00 Rusia vs Ceko

22:15 Belanda vs Denmark

Minggu, 10 Juni
01:00 Jerman vs Portugal

22:15 Spanyol vs Italia

Senin, 11 Juni
01:00 Irlandia vs Kroasia
22:15 Prancis vs Inggris

Selasa, 12 Juni
01:00 Ukraina vs Swedia
22:15 Yunani vs Ceko

Rabu, 13 Juni
01:00 Polandia vs Rusia
22:15 Denmark vs Portugal

Kamis, 14 Juni
01:00 Belanda vs Jerman
22:15 Italia vs Kroasia

Jumat, 15 Juni
01:00 Spanyol vs Irlandia
22:15 Ukraina vs Prancis

Sabtu, 16 Juni
01:00 Swedia vs Inggris

Minggu, 17 Juni
01:00 Ceko vs Polandia
04:00 [delay] Yunani vs Rusia

Senin, 18 Juni
01:00 Portugal vs Belanda
04:00 [delay] Denmark vs Jerman

Selasa, 19 Juni
01:00 Kroasia vs Spanyol
04:00 [delay] Italia vs Irlandia

Rabu, 20 Juni
01:00 Inggris vs Ukraina
04:00 [delay] Swedia vs Prancis

Jumat, 22 Juni
01:00 [Perempat-final 1] 1A vs 2B

Sabtu, 23 Juni
01:00 [Perempat-final 2] 1B vs 2A

Minggu, 24 Juni
01:00 [Perempat-final 3] 1C vs 2D

Senin, 25 Juni
01:00 [Perempat-final 4] 1D vs 2C

Kamis, 28 Juni
01:00 Pemenang perempat-final 1 vs 2

Jumat, 29 Juni
01:00 Pemenang perempat-final 3 vs 4

Minggu, 1 Juli
23:00 Pemenang semi-final 1 vs 2



Ikuti perkembangan terkini Euro 2012 di GOAL.com Indonesia. Dapatkan semua berita Piala Eropa, lengkap dengan jadwal, hasil, dan klasemen Euro 2012.